Kerja sama

Universiti Malaya
Faculty of Creative Art

Pada Rabu, 6 November 2024, pukul 10.00 hingga 13.00 WIB, bertempat di UB Rector’s Hall, diskusi “Talkshow” digelar dalam rangka pameran seni “Surfers of Time” yang mengangkat tema interseksi seni, sains, dan teknologi. Acara ini dimoderatori oleh Agus Gozali, S.Pd, M.Li dan menampilkan Dr. Amira Hanafi sebagai pembicara utama.

 

Talkshow bersama Dr. Amira Hanafi


Dr. Amira Hanafi menguraikan konsep bioart, suatu bentuk seni yang menghubungkan sains dengan kreativitas. Beliau menjelaskan bahwa bioart memungkinkan penjelajahan tentang kehidupan dan biologi melalui media artistik yang inovatif, serta menekankan pentingnya kolaborasi antara sains dan seni. Karya-karya dalam bidang ini tidak hanya berfungsi sebagai bentuk estetika tetapi juga sebagai alat eksplorasi ilmiah yang mendorong pemikiran baru tentang kehidupan dan teknologi.

Salah satu karya yang dibahas adalah karya yang menggunakan cairan bakteri transparan, yang proses pembuatannya sangat menantang. Dr. Amira menceritakan bagaimana bentuk karya tersebut menyerupai cairan atau air mineral, menyoroti kesulitan dalam menciptakan potret diri menggunakan bakteri. Dalam penjelasannya, Dr. Amira memperkenalkan salah satu karya berjudul “You Can Call me F”, di mana beliau menggunakan sampel dari beberapa wanita untuk mengembangkan bakteri dalam kontainer. Proses pertumbuhan bakteri ini menciptakan pola dan menghasilkan bau yang kuat, yang memiliki makna terkait isu feminisme. Karya ini menggambarkan bagaimana seorang wanita dapat memiliki dampak besar pada banyak individu, sebagaimana bakteri yang tumbuh dan menyebar.

Diskusi dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab di mana peserta diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Salah satu pertanyaan yang diajukan adalah tentang perawatan karya berbasis bakteri agar dapat bertahan lama. Dr. Amira menjelaskan bahwa dalam sains, bakteri biasanya dibuat pada medium tertentu dan kemudian dibuang setelah data visual diperoleh. Namun, untuk keperluan pameran, ia melakukan eksperimen untuk menjaga ketahanan karya. Penggunaan resin menjadi salah satu solusi yang dicoba, meskipun tidak dapat diterapkan langsung karena akan mengaburkan tampilan bakteri. Dr. Amira menjelaskan bahwa lapisan transparan tipis diperlukan, tetapi ini juga mempengaruhi kondisi bakteri, sehingga eksperimen lebih lanjut diperlukan.

Pertanyaan berikutnya berkaitan dengan detail dan spesifikasi karya yang menggunakan bakteri yang menyerupai air mineral. Dr. Amira mengungkapkan bahwa prosesnya sangat penting bagi dirinya. Ia mengakui kecintaannya terhadap proses dan keinginan untuk terus mengembangkan keterampilan menggambar, yang dimulai sejak usia lima tahun. Meskipun sulit untuk membuat karya yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, proses pembelajaran dan pengamatan perilaku bakteri memberikan pengalaman yang berharga baginya.

Dalam sesi tersebut, Dr. Amira juga ditanya tentang medium lain yang ingin dicoba untuk karya di masa depan. Ia menyatakan minatnya untuk mengeksplorasi lebih jauh dunia biologi selain bakteri, seperti parasit. Dr. Amira percaya bahwa parasit juga memiliki sisi keindahan yang menarik untuk digali, berbekal latar belakangnya dalam bidang biologi.

Diskusi ini menegaskan bagaimana seni dapat menjadi jembatan antara sains dan kreativitas, membuka perspektif baru dalam memahami dunia melalui pendekatan artistik yang unik dan inovatif.


Penulis: Siti Nur Herliana