Menikmati karya seni rupa bisa dilakukan dengan berbagai cara. Bisa cukup dengan melihat dan memandangnya saja, atau membeli lalu mengoleksinya. Apabila kita mengapresiasi karya seni rupa tersebut dengan sepenuh jiwa, maka karya seni rupa akan memberikan energi positif yang mampu meningkatkan spiritualitas kesadaran kita. Hal ini tentunya akan memberikan inspirasi kepada kita untuk semakin bersemangat melakukan kerja-kerja kreatif di segala bidang.
Karya seni rupa di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kreativitas seniman Indonesia telah meramaikan terciptanya berbagai karya seni rupa yang mampu mendapatkan apresiasi baik di tingkat nasional maupun internasional. Perkembangan seni rupa juga tidak bisa dipisahkan dari keberadaan kolektor. Kolektor seni rupa memainkan peran penting dalam praktik produksi dan apresiasi seni rupa.
Apabila kita membahas perkembangan seni rupa Indonesia, tentu kita tidak akan melupakan seorang kolektor terkemuka di Indonesia, dr. Oei Hong Djien atau lebih dikenal dengan nama OHD. OHD lahir di Magelang, Jawa Tengah, 5 April 1939. Lulus Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1964, dia kemudian mengambil spesialisasi Patologi Anatomi di Katholieke Universiteit Nijmegen, Belanda (1966-1968). Selepas kuliah, dokter ini pernah membantu pelayanan medis misi Katolik secara sukarela. Mulai membeli lukisan pertama tahun 1965, tetapi dia mulai serius mengoleksi karya-karya penting sejak 30 tahun yang lalu.
Jumlah koleksinya mencapai lebih dari 2000 karya seni rupa modern dan kontemporer, berupa lukisan, patung, instalasi, atau karya di atas kertas. Sebagian koleksinya dipublikasikan dalam buku Exploring Modern Indonesian Art: The Collection of dr. Oei Hong Djien tulisan Dr. Helena Spanjaard (2004). Untuk memamerkan koleksinya, dia mendirikan tiga bangunan OHD Museum di Jl. Jenggolo No.14, Kemirirejo, Kec. Magelang Tengah, Kota Magelang, Jawa Tengah 56122. Bangunan pertama didirikan pada tahun 1997, yang kedua pada tahun 2006, sementara museum yang ketiga diresmikan pada 5 April 2012. Museum tersebut terbuka untuk umum.
OHD menulis banyak esai tentang seni rupa Indonesia dan dunia mengoleksi seni, serta sering menjadi pembicara di dalam maupun luar negeri. Sering juga dia diminta memberikan penilaian tentang karya seni oleh seniman, kolektor, dan balai lelang. Sekarang, dia menjadi Advisor of The National Art Gallery Singapore untuk seni rupa Indonesia dan penasehat Museum Widayat. Pernah menjadi Honorary Advisor, Board Member Singapore Art Museum dan Kurator Museum Widayat. Dia juga aktif sebagai anggota Dewan Pembina Yayasan Biennale Yogyakarta dan pada tahun 2019 ini, OHD mendapatkan penghargaan dari National Arts Council Singapore sebagai Individuals Received Patron ot the Arts award.
Kuliah tamu oleh OHD, berlangsung pada Senin (26/8/2019) dari pukul 11.00 – 13.00, bertempat di ruang Movie Room Lt.7 Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Brawijaya (UB). Terlaksananya kegiatan tersebut diinisiasi oleh Divisi Seni dan Budaya, Laboratorium Ilmu Humaniora (LIH) FIB UB, diikuti mahasiswa lintas angkatan Program Studi Seni Rupa Murni FIB UB.
Dalam acara tersebut OHD bercerita seputar bagaimana karya seni yang menarik dan layak untuk dikoleksi, OHD berpendapat sebagai seorang kolektor sejati, yang utama adalah kualitas seni itu sendiri. Sebuah karya yang berkualitas tinggi, apa pun alirannya dan dari mana pun datangnya, akan menarik perhatian, jadi tidak masuk akal untuk tidak bisa mengapresiasi karena tidak mengoleksinya.
Aktivitas apresiasi dan mengoleksi adalah dua hal yang berbeda, dalam mengoleksi kita sebaiknya fokus, namun dalam mengapresiasi karya seni kita tidak bisa fokus karena varian karya sangat beragam. Mata yang peka akan tertarik pada segala bentuk seni rupa yang berkualitas tinggi, akan tetapi untuk mengetahui kualitas karya seni diperlukannya pengalaman, intuisi dan reputasi, karena kualitas sebuah karya seni sulit diuraikan dengan kata-kata atau pemikiran saja karena ada kadar rasa yang menjadi penting.
Yang membedakan seni dari ilmu pengetahuan adalah “rasa” menjadi faktor yang ada didalam seni, disamping rasio. Bagi OHD disitulah letak keunggulan karya seni. Seorang kolektor yang menyayangi koleksinya enggan berpisah dengan kesayangannya. Maka dia tidak akan menjualnya bila tidak karena keadaan yang memaksa. Dia akan berusaha untuk mengenal lebih baik dengan mempelajari sang seniman dan karya-karyanya, sehingga dia bisa bercerita dan mendalami tentang koleksinya. Mendalami berarti mengamati karya sang seniman dengan lebih seksama, mempelajari segala tulisan dan publikasi yang terkait, serta mendengarkan cerita dari orang-orang yang dekat dengan seniman tersebut.
Sampailah pada akhirnya topik yang menjadi menarik dan menjadi antusiasme mahasiswa Prodi Seni Rupa Murni FIB UB adalah apa kiat menjadi seniman muda yang sukses dan professional. OHD menjelaskan untuk memilih seniman muda, dia juga harus melihat kepribadian dan mentalnya disamping bakat, keterampilan, dan ketekunannya. Seniman muda yang diunggulkan bisa jadi gagal karena setelah sukses perilakunya berubah. Bisa jadi berubah karena pengaruh lingkungan, keluarga atau teman-teman terdekatnya. Begitulah ujarnya mengenai seniman muda yang harus juga dipantau perjalannan hidupnya.
Waktu menutup kesempatan berharga ini pada pertemuan seorang kolektor terkemuka bisa hadir ditengah-tengah mahasiswa yang pada saatnya harus berjuang untuk bereputasi dan eksis sebagai seorang seniman, menjadikan referensi yang relevan dan konkrit diantara mimpi-mimpi yang akan diwujudkan. (LIH/DT/MSH/PSIK FIB)