Pengunjung mengamati karya yang dipamerkan pada pameran Temu Tinemu #2 di Samaya Space Malang, Jum’at (3/5) malam. Temu Tinemu #2 bertema “Merawat Ruang Merayakan Temu” merupakan pameran seni rupa yang berbasis di Malang berlangsung 3-5 Mei 2024 tersebut menampilkan 33 seniman dan 5 komunitas.
Malang telah melampaui reputasinya sebagai Kota Pelajar dan destinasi pariwisata. Saat ini, Malang juga sedang mengembangkan seni rupa sebagai bagian dari identitasnya. Berbagai kegiatan seni sedang digalakkan oleh para seniman untuk menarik minat penduduk lokal maupun wisatawan untuk datang berkunjung.
Untuk mendukung para seniman di Malang, lembaga pendidikan Universitas Brawijaya pada Program Studi Seni Rupa Murni memberikan fasilitas kepada mahasiswa untuk terlibat langsung dalam aktivitas seni rupa di masyarakat. Melalui mata kuliah aplikasi manajemen seni, mahasiswa dapat mempraktikkan keterampilan manajemen yang relevan dalam konteks seni.
Temu Tinemu kembali digelar tahun ini, tepatnya pada 3 – 5 Mei 2024, di Samaya Space, Malang. Event tahunan yang sudah kedua kali digelar ini kembali menghadirkan pameran seni karya seniman lokal. Menurut Kayla Rachma, ketua pelaksana Temu Tinemu #2, pameran ini menjadi media penyaluran wacana terhadap ekosistem seni, serta ekspansi relasi secara horizontal.
“Temu Tinemu merupakan pameran seni yang diadakan secara berlanjut di Kota Malang dalam kisaran periode bulan Mei. Acara ini menjadi titik tolak bagi seniman-seniman baru untuk memasuki dunia seni. Temu Tinemu selalu mempertemukan seniman-seniman dari berbagai latar belakang, menampilkan berbagai rupa karya seni mereka yang mencakup lukisan dua dimensi, tiga dimensi, dan karya seni instalasi.” kata Kayla.
Karya seni yang dipamerkan di Temu Tinemu #2.
Foto: Yoga Panji
Tahun ini, rupa karya seniman lebih bervariasi dibanding tahun sebelumnya. Temu Tinemu #2 memamerkan hasil eksperimen dan pengembana ide para seniman. Pada gelaran tahun ini terdapat beberapa karya yang tidak terduga. Tahun ini terdapat 33 seniman dan 5 komunitas berpartisipasi pada pameran Temu Tinemu #2.
“Ada 35 karya seni yang dipamerkan di Temu Tinemu #2. Terdapat 23 karya lukis pada media kanvas, 6 karya nirmana, 2 mock up, 2 furniture, 1 karya kolaboratif dari 4 komunitas, dan 1 karya instalasi.” ucap Kayla.
Tema Temu Tinemu #2 adalah Merawat Ruang Merayakan Temu. Tema ini menjadi salah satu refleksi dari tema sebelumnya yaitu interaksi. Merawat ruang merupakan hasil dari interaksi yang berkelanjutan dalam masyarakat seni dalam upaya memelihara keberagaman ekspresi seni dan perspektif estetika. Melalui kolaborasi dan perluasan jaringan, ruang akan terbentuk sebagai wadah seniman bereksplorasi pemikiran kritis dan merefleksikan kompleksitas dunia melalui bahasa rupa.
Pameran seni upaya kolaboratif dari 13 mahasiswa seni rupa Universitas Brawijaya ini menggandeng seniman dari berbagai latar belakang, seperti seniman umum, mahasiswa Universitas Brawijaya, mahasiswa Universitas Negeri Malang, mahasiswa Desain Interior Binus University, komunitas Tjap Telur, Kuli Urban, Teras Gambar, Konco Sket, dan Sket Nde Kene. Keragaman dalam memilih seniman yang terlibat, dengan tujuan untuk memberi keberagaman rupa yang tersaji dalam ruang pamer. Bukan hanya sekedar pameran, Temu Tinemu #2 menghadirkan workshop ashtray painting and clay pin dan toys figure painting untuk menambah nilai dan pengalaman serta hiburan bagi pengunjung.
Pelaksanaan workshop ashtray painting and clay pin pada pameran Temu Tinemu #2 di Samaya Space Malang, Sabtu (4/5) malam.
Foto: Yoga Panji
Keberlanjutan Temu Tinemu selain membuka potensi pasar bagi para seniman di Malang, juga akan meningkatkan reputasi seniman dan Malang secara luas. Malang akan menjadi lebih terkenal bukan hanya sebagai tempat yang kaya akan tradisi, seni, dan budaya, tetapi juga melalui para seniman yang berkarya di sana.
Tidak hanya dikunjungi oleh para seniman dan penggemar seni seperti yang sering terjadi di pameran lainnya, tetapi juga masyarakat awam yang dengan antusias mengapresiasi karya-karya seni yang dipamerkan. Mereka berusaha untuk mengenal setiap karya dengan membaca caption di sekitar karya, sambil menikmati karya seni tersebut, atau bahkan sekadar mengambil foto untuk selfie atau wefie di sekitar pameran.
Penulis: Kayla Rachma Novalia