E-Catalog Rizaldi Ramadhan

E-Katalog Rizaldi Ramadhan

ALIENIZATION

Sebagai Ide Penciptaan Karya Seni Visual

Oleh : Rizaldi Ramadhan

Pada dasarnya esensi  manusia adalah subjek individual, yang berdiri sendiri dan tak terbagi. Namun di sisi lain manusia juga merupakan makhluk sosial (Homo socialis) yang membutuhkan peran orang lain untuk berkehidupan, sehingga terdapat dualitas pada eksistensi manusia, yakni sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebuah kelompok sosial tentunya memerlukan peran individu-individu untuk keberlangsungan sistem yang berdasar pada kerja sama. Sehingga seorang manusia diharapkan dapat memenuhi fungsinya di dalam suatu sistem sosial yang menaunginya.
Tegangan antara konsep individu dan kelompok tak dapat dipungkiri dalam kehidupan manusia. Pada satu sisi, nilai kolektif perlu dijaga demi keberlangsungan sistem, namun di sisi lain individu juga ingin menghidupi tubuhnya sendiri agar tidak tenggelam/hilang dalam nilai-nilai universal. Lalu apakah kita dapat mengamini bahwa suatu sistem dapat menjamin kebaikan pada semua hal secara total? Dan apakah kita juga dapat sepenuhnya mengimani bahwa individu harus diperjuangkan tiap-tiap identitas/kehendaknya?
Dalam tegangan individu dan kelompok terdapat ruang di antaranya, ruang itu adalah alienasi. Alienasi merujuk pada kata “alien”, yang dapat diartikan sebagai sesuatu yang berbeda/lain/outsider. Alienasi secara singkat dapat dijelaskan sebagai keterpisahan manusia dengan nilai-nilai yang ada di sekitarnya. Fenomena alienasi meliputi keterpisahan dari kelompok, keterpisahan dari lingkungan, bahkan keterpisahan dari dirinya sendiri. Fenomena alienasi  muncul secara kuat sejak peradaban barat memasuki era modern, sehingga fenomena alienasi lekat dengan identitas manusia modern.
Belakangan ini pandemi COVID-19 menunjukkan bahwasanya fenomena alienasi nampak kian jelas pada kehidupan manusia. Pertama secara jelas manusia telah terpisah dari sesamanya, dan kedua manusia semakin terpisah dari nilai-nilai universal yang menjadi landasan peradaban manusia. Pada poin kedua, yang dimaksud dengan nilai universal adalah nilai kemanusiaan itu sendiri, yang diharapkan dapat menjamin kebaikan umat secara masif. Sebagai satu contoh kecil dalam peradaban manusia, di dalam fenomena pandemi ini terdapat individu-individu yang menolak tunduk pada sistem sehingga individu lain terkena imbasnya secara langsung. Salah seorang individu nampaknya tidak melihat nilai pada diri individu lain, namun justru melihat dirinya sendiri—dan segala yang dipercayainya—lebih penting dari realitas yang ada.
Individu-individu yang menolak sistem teralienasi dari nilai kebenaran yang berlaku dalam lingkungan hidupnya (tentunya dalam kasus ini sistem yang dimaksud adalah sistem yang telah teruji dan dapat dipertanggungjawabkan). Individu-individu ini menjadi alien dari sistem sosial yang menaungi lebih banyak individu lain di dalamnya. Lalu apakah argumen bahwa identitas/kehendak seorang individu harus diperjuangkan masih berlaku dalam kasus ini? Apakah seseorang yang menggangu kenyaman publik dapat dimaklumi atas nama kebebasan individu? Secara singkat jawabannya adalah tidak. Hal ini dapat dijawab dengan dengan suatu nada rendah: seorang individu harus mempertanggungjawabkan serta menjamin, bahwa nilai yang diyakininya tidak merampas kebebasan individu lain.
Hegel (b. 1770), seorang filsuf asal Jerman, menawarkan suatu solusi atas fenomena alienasi. Solusi ini adalah “alienasi diri”. Konsep Alienasi diri secara singkat dapat dijelaskan sebagai kegiatan untuk menanggalkan sifat egoisme di dalam diri. Sifat egoisme yang perlu ditanggalkan adalah hal-hal yang sifatnya sentimentil, berupa prasangka, dan segala hal yang tidak teruji, yang dapat merugikan individu lain.
Rizaldi menyusun sebuah narasi mengenai sebuah perjalanan seorang individu dalam mengatasi keterpisahannya melalui alienasi diri. Melalui pengalaman sehari-harinya, Rizaldi menjumpai banyak fenomena alienasi dan akhirnya tergerak untuk menggali lebih lanjut konsep-konsep alienasi beserta pemaknaan untuk mengatasinya.  Topik-topik seperti identitas diri dan kelompok; ruang privat dan ruang publik; aku dan mereka, selalu menjadi pembahasan utama dalam karya-karya Rizaldi karena keresahannya pribadinya selalu berasal dari hal-hal tersebut. Melalui upaya artistiknya, Rizaldi menghadirkan satu seri karya lukis yang bersambung secara linear. Seri karya lukis yang dihadirkannya menjadi satu penawaran kecil untuk harapan yang besar atas kehidupan sosial manusia pada umumnya.

Karya Seni